Sunday, January 31, 2016

Raindrops

Mungkin, ini akan terasa berat, hingga kamu tak mampu menahannya.
Ya, kamu tahu pasti akan itu.
Setengah berbisik, berujar pelan padaku, 'Rasa seringkali menyakiti..'

Dingin disertai mendung di balik pembatasku dengan rintik air.
Basanya seperti biasa, menyeruak mengacaukan pertahanan logika, membumbunglah rasa.
Aku tertegun.
Kemudian, aku bertanya pada Tuhanku mengenai keyakinan. Bila aku harus yakin pada Tuhanku, bagaimana caraku meyakini rencanaNya kali ini? Saat Dia pertemukanku pada sesuatu yang beda?


Friday, January 29, 2016

Bertembok

Masih saja protes dengan label rasa kita yang bertembok? Berhentilah berpura-pura dan mengatakan semuanya baik-baik saja, dimana ada kata baik kala ada batas antara kita? bagaimana pula cara memadukan dua hal yang tak mungkin tercampur, bagai minyak dan air?


Sudahlah, hentikan kata-kata, 'hai, aku baik, kamu gimana?' milikmu itu. karena mana ada yang baik dari pemaksaan sesuatu?
pikiran ini melayang, memperkirakan apa yang akan terjadi nanti, bagaimana bila ini, apa jadinya bila itu dan lain sebagainya. Berkecamuk. Ha

-

Dan, aku trenyuh saat kamu katakan, 'demi kebaikan, aku akan lakukan.'. Luluh lantak aku merasa bersalah dengan pikiranku, betapa aku memandang segalanya berdasarkan perspektifku. terlalu sering aku menguji, sedangkan pertanyaannya adalah, 'sejauh mana kau suka diuji?'
Aku merasa egoisku keterlaluan, bagaimana mungkin aku bisa keras pada sesuatu yang sangat lembut sepertimu? 

Kamu godaan yang luar biasa! Ntah berapa lama lagi aku mampu bertahan. Pergilah saja, karena aku terlalu takut untuk jatuh lagi, tak berani percaya lagi pada mimpi, karena nyatanya tanah yang keras itu tak pernah membuai.

Aku takut kamu kecewa, lalu pergi. Jangan, ya..

--

Thursday, January 28, 2016

Kepadamu penyejuk hati di pagi hari, aku ingin bangun berkali-kali dan menyadari ada kamu di pagiku. Kumandang adzan yang kudengar setiap hari, kusematkan harap pada tiap lantunan doa yang kita haturkan bersama.

Biarlah rindu ini kutahan dulu, mungkin kita akan bertemu beberapa waktu lagi, mungkin. akan kuperbaiki nantinya.
--

Tuesday, January 26, 2016

Bulan bintang, Palang.

Dan aku selalu iri melihat mereka yang bertemu di saat yang tepat, saling mengisi dan memberi. Saling membanggakan.
Pernah sekali aku lewati itu.. rasa membuncah seperti gelas yang tak pernah penuh sekalipun terus-menerus diisi. Puji dan pembelaan satu sama lain, serta keberhargaan kepemilikan di masing-masing pribadi. Hingga saat dia begitu berani. Keberanian kejujuran diri, meminta untuk berganti, padahal sudah jelas itu adalah harga mati.

...

Lama aku lupa rasa itu, coba tunduk pada garis penuntun, bahwa beda akan menjadi penghalang utama dari sebuah kebiasaan, dari sebuah toleran.
Hingga sekali lagi, aku dipertemukan dengan makhlukMu.


Pun aku tak menerka, genggaman itu mampu berdampak seburuk ini.. Aku retak, perlahan kau kikisi pertahananku hingga batas akhir dalam tempurung rasa yang harusnya hanya satu. Kau buat gamang. padahal aku ingin 'tuk tak lagi jatuh dan/atau tenggelam dalam spektrum rasa pada warna yang berbeda. Dosakah?

Monday, January 25, 2016

Puzzle

Aku menyebutnya puzzle. Membuatmu harus berpikir untuk menyelesaikannya. Memaksamu lebih keras berusaha untuk melengkapinya.

Pun yang aku lakukan saat ini serupa. Mengendap-endap, cemas, berkeringat dingin. Aku seperti maling!

-Rindu dengan segelas 'kopi ngeri' buatan sahabat, dimana ketika selesai membuatnya dia akan berkata, 'Nih Cip, cobain, enak ga?', lalu tersenyum lebar seraya curiga kala 'ku perlahan menyeruputnya.
Rindu momentum, bukan masa lalu. Mungkin suatu saat kita akan bertemu. Ketika tiba waktu itu, aku tagih kembali keahlianmu membuat kopi!-



Teka-teki. Labirin ini menuntunku entah kemana, kususuri perlahan. Aku tahu, pada akhirnya aku pasti akan keluar juga. Entah keluar untuk menang, atau kalah.
Terima kasih untuk senyum yang kau beri pagi ini, tepat ketika aku membuka mata.

--

Sunday, January 24, 2016

Bahak

Dan hujanpun turun.
Menyapa khalayak ramai beradu rindu, mempertajam insting serta kecamuk rasa.

Rintikmu yang disertai bahak langit, seolah meleceh manusia yang masih saja terkungkung dalam gejolak asa.

Kasihan, padahal dia hanya tidak tahu kemana harus berjalan atau kepada siapa harus bersandar.
Mencurah..

Batas titik kering pada basah yang kamu titipkan pada sekecap rindu masa lapang, bahagia yang terlewat.

'Kamu kenapa?', sekalipun ingin pertanyaan itu, dia tak tahu harus menjawab apa. Dia terkurung, antara malu dan tak tahu..

Seraya mengintip kasa. Kulihatnya, lalu lirih aku bersuara, 'logam amalgam, jawab aku..'
Semua diam, bisu, memalingkan muka. Sementara muka ini masih terlihat kebingungan.

Impulsif, atau pikiran berloncatan. Tak beraturan. Schizophrenia, mungkin.

--
'Jangan-jangan kamu kaya pasienku..'

Saturday, January 23, 2016

Jika aku tak merindumu.

Bila aku tak lagi merindumu, maukah kau maafkanku?

Tak apa bukan, bila saat ini tak ada lagi rindu? Tak ada rasa ingin bertemu.
Sedikit aku berbagi, yang tak langsung kepadamu. Mungkin kita
bicarakan nanti ketika kau tanya
aku, "Apakah
Kamu merindukanku?".

Baik, kumulai dengan jujurku, kuharap tak menyinggung atau menyakiti siapapun. Bahwa ada yang sedikit menggangguku.

Bukan aku ingin bersikap tak semestinya bahkan antagonis. Namun ini aku,
Tercermin dari perasaan berdosa yang
Aku coba jujuri..

Aku tak ingin berpanjang lagi.
Tapi benar
memang. Saat ini aku merindumu.
Mungkin karena ada sesuatu, mungkin
karenamu..

--
nya, mungkin.

Thursday, January 21, 2016

Tukang Parkir

Ini post yang harusnya gue publish kemarin, bukan hari ini. Tapi yaudahlah gapapa, walaupun mungkin rasanya kurang greget, minimal bisa tumpah biar plong..

Hmm.. jadi beberapa waktu belakangan ini, gue sering dikunjungin temen-temen, atau sebaliknya, gue yang mengunjungi mereka. Dan biasanya terjadi sedikit kebaperan yang seharusnya ga terjadi. Well, bukan gue namanya kalo ga baperan dan/atau kebanyakan mikir. Eh, gue nulis post kali ini ditemenin lagunya adera yang melewatkanmu, suaranya sebelas dua belas sama gue, mirip mirip gitu. Lagunya sengaja gue puter biar bisa lebih menghayati proses penulisan post. Yah yaudahlah ini gue udah makin baper, ntar ga selesai ceritanya..

Oke, tadi sampe mana? *scroll*
oh iya kunjungan.. ntah kenapa gue selalu rasa sedih dipenghujung kunjung-kungjungan ini, yang kadang sampe lebe. Contohnya aja kmrn, jadi ada beberapa temen yg mampir kesini buat liburan. Gue sebagai temen yg baik pastilah nyempetin buat ketemu mereka dong.. maka, terjadilah pertemuan yang singkat namun memberikan ilmu baru mengenai laut dan pantai dan isinya dan semuanya deh. Singkat cerita, ketemunya mmg cuma sehari dan ga lama. Tapi apa yg gue dapet bikin gue seneng. In the end of story, merekapun pulang ke asal, di hari kepulangan, gue jg sempetin nganter ke stasiun, kebetulan stasiunnya deket bgt drai rumah gue, gasampe 7menit.

Di stasiun, Mereka kembali dengan riang ketawa cerita soal pengalaman dan ga ketinggalan foto-foto, sementara gue mengantar dengan senyum hambar.. ntah kenapa kalo abis disambangin terus yg nyambangin pulang, rasanya ada yang hilang aja.. mereka pulang dengan bahagia, guenya sedih sendiri. Aneh..

Hal ini bikin gue mikir, apa yang terjadi dengan seorang gue, kenapa gue lemah? kenapa gue sedih? Kenapa gue selalu laper dan pengen banyak makan?? Eh sorry, itu beda cerita..

Lalu, gue inget sama tukang parkir dan tiba-tiba ngerasa gue harusnya sama kaya para tukang parkir itu. Yang selalu disinggahi sebentar mobil atau kendaraan lainnya yang bagus bagus, tapi selalu ikhlas waktu mobil mobil itu pergi. Kendaraan banyak tapi ga pernah masalah ditinggal pergi.. gue harusnya kaya gitu.. harusnya biasa aja ketika ada yang datang dan pergi, ikhlasin aja..

Well, Itu aja sih yang mau gue share kali ini. Sering kita ngerasa sedih ketika ada yang pergi, mungkin karena kita gatau bisa atau engga ngerasain kebahagiaan gtu lagi, kesempatan selanjutnya untuk bertemu, dan lain sebagainya. padahal kenapa mesti sedih? Toh semuanya udah ada yang ngatur kan?

Lagian, kalo memang ga memiliki, kenapa harus sedih ketika sesuatu itu pergi? Kaya tukang parkir..

Udah ah, gue mau lanjut ngegame sama chatting dulu. Makasih udah baca. Xoxo *biar anget*
--
Gapunya, jadi gaboleh sedih