Friday, February 26, 2016

Pamit

Anggap saja ini rangkai kata dari seorang amatir untukmu terakhir kali, di kisah sebentar kita, dulu.

Kita kuibaratkan apa yang kulihat saat ini. Di meja kerjaku, ada segelas kacang hijau dan segelas kopi ke-empatku. Kacang hijau yang manis dan menyehatkan seperti kau dan hidup yang kau jalani, menyehatkan walau mungkin kadang membuatmu bosan. Sedang kopi hitam tanpa gula yang selalu terasa pahit adalah penggambaranku. Tak perlu kujelaskan mengapa, kau pasti tahu. Kejujuran bagi kopi adalah segala mengenai asam dan pahit, karenanya banyak peminum yang mencampurnya dengan krim atau gula. Pun ada manis dari rasa kopi itu adalah hasil palsu ketertutupannya. Ya, pemanislah yang menutupi rasa asli kopi. Benar-benar aku, bukan?

Saturday, February 20, 2016

'Kita', katamu.

Setetes demi setetes kau isi aku dengan harapan tinggi.
Sebuah asa yang tak pernah aku percayai selama ini.
Dan dengan lugu kuberikan kunci.
Ya, kunci ruang duniaku, taman bermainku pribadi, dimana aku selalu bernyanyi, menangis, memaki sendiri tanpa seorangpun aku bagi.
Namun ternyata bukan mengetuk halus, malah seenaknya saja kau menerobos masuk, meraihku, menarikku ke dalam duniamu, dan menyatukan hati. Apa maumu? Kurang ajar!
Duniaku kini hilang, aku tak lagi sekuat dulu, karena kemanapun aku memandang, berlari, bersandar, selalu ada sosokmu, tawarkan teduh serta langit biru.. aku yang terbiasa sendiri dan memecut sendiri punggungku agar lebih tegak hanya bisa diam dalam belai elus halusmu. Aku luluh lantak!
Beraninya kamu!

Padahal tak pernah aku ingin memberikan barang berhargaku kepada siapapun. Terutama hati.
'Ah, mereka suatu saatpun akan pergi.', pikirku.

Wednesday, February 17, 2016

Bila nanti kamu..

Bila nanti..

Bila nanti kamu sedang mengejar mimpi..
Ketahuilah ada doa dan harapan dari mereka yang menyayangimu. Keinginan yang selalu bertumbuh dalam kemuliaan, untuk menyembuhkan jiwa yang sakit.

Bila nanti kamu sedang mengejar mimpi..
Mungkin tak semudah berlari di jalur halus, karena kamu akan bertemu dengan penat, lelah, dan payah. Jadikan semua sebagai penyemangat, karena banyak letih yang telah terlewati. Kali inipun sama, sulit memang, tapi akan berhasil sempurna pasti.


Bila nanti kamu sedang mengejar mimpi..
Ada kalanya Kamu akan merasa segalanya berat dan akan datang rasa ingin menyerah mati. Bila terjadi, coba sejenak berhenti dan menolehlah ke belakang. Tanyakan pada dirimu, sudah seberapa jauh perjalananmu hingga kini, sudah berapa banyak waktu kamu habiskan untuk sampai di sini? Oleh sebab itu, percayalah, garis itupun sama, tak akan menghalangi.

Sunday, February 14, 2016

Rencana bimbang

Aku ingin jatuh cinta lagi.
Ketika kita bertemu untuk dipertemukan, tersenyum untuk saling memberi ketenangan.

Kalau kau sibuk mencari, kapan kau akan berhenti dan menikmati? Tak penatkah kau berlari?
Beristirahat sejenak, 'kan kurengkuh dengan bahu yang juga letih ini, siapa tahu bisa saling menguatkan.

Jangan berencana untuk pergi, apalagi bercanda dengan kepergian itu, karena itu satu hal yang akan kau sesali nanti..


Tapi bila bertahan, sudahkah kau hitung dengan eksak hingga deret angka terakhir, berapa probabilitas kita bisa bersama? 'Jangan membuang energi.', katanya.

Wangi tubuh serta noda pemoles bibirmu di bajuku sampai sekarang masih aku simpan, mungkin tak akan kucuci hingga nanti ada waktu untuk bertemu. Sama seperti noda yang kau beri pada hati, biar saja hingga kotor, apa peduliku? Toh kunikmati.

Pada saat nanti aku mampu memusatmu, mungkin disitu aku bisa mengejar semua mimpi. Tak menimbang dengan bimbang. Kasihan.

--
Boleh aku kembali menuju 6 tahun lalu?

Friday, February 12, 2016

Berpantang

'Aku ingin pergi sejenak, bolehkah?'

Mengenai kepergian..
Kau pikir itu kata2 yang bisa dijadikan permainan? Atau sekedar lelucon untuk ditertawakan demi menahan nafsu? Ntahlah, karena tiba-tiba aku terhenyak akan kata-kata itu..
Aku sudah cukup bermain-main..

Pergi, pergilah, jangankan sejenak, selamanyapun tak mengapa. Mungkin kesendirian memang kata yang paling dekat dengan hidup, aku lahir sendiri, matipun akan sendiri. Jadi kenapa takut sepi? Bukankah sepi adalah kawan paling setia kala semua pergi?

Itulah sebab aku takut percaya lalu berani bermimpi denganmu. Sekuat itukah kamu menahanku? Sepercaya apa kamu bisa menopang? Bahkan dua kaki ini seringkali goyah menahan pundak juga isi pikiran untuk dibagi.

Pergilah, aku akan terus disini, ketika semua berlalu-lalang dalam lalu lintas perjalanan hidupku.

Lagipula, memalsu senyum adalah keahlianku. Aku akan kembali memejam dan bermimpi. Karena mimpi adalah sebaik-baik tempat untuk sementara bersembunyi.

Tunggu saja, nanti aku akan kembali untuk bangkit, dengan atau tanpamu..

--
'Aku tak bahagia hari ini..'

Wednesday, February 3, 2016

Dia, Si gila!

Aku punya kawan satu yang selalu berhasil membuatku tergelitik menulis dan mengadaptasi, gaya bicara yang selalu enak didengar, juga sikap yang menarik menurutku. Sebut saja dia gila, karena memang apapun yg dikeluarkan dari otaknya kurasa selalu brilian, dengan perspektif yang berbeda, juga caranya menyampaikan yang persuasif.

Jarang aku bisa kagum dengan seseorang. Tapi ntah, sahabatku satu ini memang luar biasa, aku yang katanya bisa hipnotis orang dengan kata-kata saja, selalu berdecak kala dia bicara. Yang pada akhirnya  kujadikan dia saingan berat untuk aku kejar dan kalahkan. Dia tertawa ketika kusampaikan suatu saat akan kulewati dirinya, dan kurang ajarnya hari ini diapun melakukan yang sama! Terbahak waktu aku bilang aku berhutang melewatinya suatu saat, sial! Hey, tunggu saja kau kusalip!


Dia bersahaja, tawa juga cara pandang yang baik selalu dia bagi pada kami. Walau seringkali luput dari perhatian, namun buat kami makin awas pada banyak hal. Berjuta hal dia tularkan padaku, kuanggap itu virus baik untukku. Bagaimana tidak, memperhatikannya saja sudah buatku menggelegak dan ingin lari lagi, apalagi sampai diskusi mengenai perencanaan masa depan.

Rapuh.

Kubersimpuh sekali lagi, karena pagi ini terlalu penuh untuk kulalui. Kutahan bening penyebab kabur pandangan, hati ini sedang lunak-lunaknya mungkin. Aku kehabisan kata, rumit.


Bertengadah aku bercerita.

Tuhan, bila memang subtitusi bahagia Kau perbolehkan, maka gantilah setiap titik sedihnya dengan kebahagiaan yang aku miliki. Tukarkan saja tiap detik lelah juga sakitnya dengan kesehatan dan kekuatan yang aku punya. Biar aku yang menanggung perih dan deritanya, aku siap!

Tuhan, bila memang hari ini Engkau memberikan padaku satu jatah doa untuk Kau kabulkan, maka mohon Kau berikan padanya kemurahan senantiasa, kebahagiaan tak berbatas. Isi harinya dengan spektrum warna tak terhingga, jaga ulas senyumnya selamanya. Beri dan penuhi segala harapan terbaik untuknya, jangan pernah buat ia merasa kecewa.

Tuesday, February 2, 2016

Ini rahasia..

Baru saja kubaca tulisan teman yang isinya, 'persahabatan yang terbatas rasa..'
Pada hakikatnya, rasa berlebih pada manusia adalah anugrah sekaligus bahaya.
Dan sebelum kau banyak bicara, coba sebentar mendekat. Kudekap. Lalu bandingkan hangat mana, aku atau dia? Tentu aku, bukan?

Mari, ikut aku isi waktu. Mungkin kita bisa berjalan di taman atau menikmati beberapa wahana. Jangan tanya aku dengan siapa, karena akupun tak akan peduli kau dengan siapa saat ini. Yang penting, kita.

Sebut saja ini mimpi di siang hari, ketika letih bekerja kita butuh istirahat sejenak dan pejam mata, mencari bunga tidur. Asal tak terjebak dan tak bisa keluar saja. Menghindari nyata.
Ketika cahaya padam, hari berganti, malam panjang, orang asing yang menghampiri. Kita nyenyak bersama.
Aliran deras, canda, dan rasa. Kamu pergi, tak berkabar. Pun nanti kembali ketika saat tiba. Kita saling berhadapan, menunggu kantuk tiba, hingga hilang untuk kedua kalinya, berdua.
Dan malaikat akan pergi, menyatu dalam putih.


Oiya, aku tak tanggung bila rasa makin dalam, ya. Itu urusanmu, juga urusanku, tapi bukan kita. Hati-hati main api bila tak yakin mampu atur distribusi gas kendali nyalanya. Masing-masing, tapi saling jaga. Lucu.

Sstt, ini rahasia kita. bukan dia atau dia.

--
Untuk hati yang lain, aku tak bisa.