Monday, September 23, 2019

Bara adalah sosok idaman hampir setiap perempuan lajang., Memegang gelar Master of Business Administration dari kampus di Boston,  karirnya di dunia saham yang melejit, pemilik dari beberapa usaha mapan, lakunya yang santun lagi terlihat agamis, dan juga badannya yang kuakui (ehem) atletis.

Pertemuanku pertama dengan Bara terjadi beberapa bulan lalu. Kala itu aku sedang lari dari rutinitas pekerjaanku yang melelahkan di Jakarta. Aku bekerja di salah satu bank terkemuka. Aktivitas harian yang menjemukan serta tekanan dari atasan buatku muak, setelah hubungi beberapa teman kuliah, kami sepakat untuk ambil cuti beberapa hari dan liburan ke pulau di bagian timur Pulau Jawa.

Liburanku disana tak jauh dari alkohol dan aktivitas malam bersama teman. Hingga di pagi terakhir aku pulang dari klub dan mendapati diri jenuh serta tak bisa tidur sekalipun kepala ini berat. Aku putuskan untuk berjalan ke pantai yang tak jauh dari penginapan. Kuharap aku bisa mendapatkan damai dari melihat gulungan ombak yang berkejaran tak berhenti ke tepi pantai. Aku berjalan melewati beberapa kios-kios bermacam pedagang, mulai dari oleh-oleh hingga minuman khas pulau dewata. Aku hanya tersenyum melihat aktivitas pagi yang terlihat bersemangat menyongsong hari. Aku terus berjalan melewati jalan yang begitu hangat hingga sampai ke pantai yang terkenal akan matahari terbenamnya.

Aku memilih untuk duduk di salah satu tempat duduk yang menghadap laut. Alam selalu begitu terasa menenangkan seolah tak peduli seberapa banyak manusia terus merusak. Terbenam dalam pikiranku sendiri aku terus merasakan angin menyentuh lembut pipi. Aku merasa alam seolah menyindirku yang merundungi diri terus bekerja demi uang yang ntah untuk apa. Begitu mengalir menenangkan.

"Hai..", Suara yang begitu ramah bagai rumah buyarkan lamunanku..

Tuesday, September 17, 2019

Lalu bila tiba tiba aku patah dan malas membangun mereka? Bagaimana?