Thursday, June 27, 2019

Prolog - Rumah (?)

Kuhisap sekali lagi rokokku yang akan segera habis ini. Kutahan sedikit lama asapnya sebelum kuhembuskan untuk terakhir kali. Aku hampir tak bisa bedakan antara menikmati nikotin atau hela nafas panjang berkali-kali.

Masih terpikirkan setumpuk pekerjaan di kantor yang sudah harus selesai esok pagi. Ntah, rasanya tak pernah habis sekalipun sudah kulembur berbulan ini.

'Ini rasanya menjadi pekerja.', Pikirku

Ternyata menjadi pegawai dengan gaji melangit tak selalu menjamin bahagia. Berbeda dengan khayal anak muda yang ingin punya gaji tinggi dan bisa punya segala. Percayalah, punya nyaman juga orang yang bisa menerima seperti apapun kita akan jauh lebih terasa berharga.

Kulihat dari balkon apartemenku lampu kota yang perlahan meredup. Sebentar lagi pagi. Aku menuju tempat tidur, untuk sekedar istirahatkan mata barang beberapa jam saja.

Hari ini berat sekali.

--

Tuesday, June 25, 2019

Ternyata saya lama tidak memakai headphone yg saya beli di Prancis kala itu.
Sederhana, alasannya karena sudah akan rusak, kurang enak dipakai karena busa yg ditempelkan ke telinga

Monday, June 24, 2019

Epilog - Stasiun Kotamu

Aku duduk di pinggiran platform. Orang lalu lalang mencari tujuan masing-masing.
Suara kereta terus mengadu. Pengumuman mengenai keberangkatan dan kedatangan tak berhenti keluar masuk di telingaku. Banyak raut muka melintas, kuperhatikan satu persatu. Senyum, sedih, cemas, buru-buru, tersatu dalam hiruk pikuk deru mesin kereta bagai berseteru. Hari ini aku menempuh perjalanan jauh lintas negara, untuk membalas kunjungan tak terdugamu.

Sementara ini, aku menunggu seseorang yang bahkan belum pernah kutemui, seorang temanmu..

Beberapa baris teks disertai permintaan maaf sudah ia berikan sejak beberapa jam lalu. Tak bisa tepat waktu karena ada urusan lain, katanya.

Ini kali pertama aku mendatangi kota asing ini. Bila bukan karena ini hari spesialmu, aku mungkin tak akan pernah rasakan hirup udara dingin ini. Jauh lebih dingin dibanding kotaku yang belum pernah terturun salju. Padahal ini sudah menjelang musim panas.

Ada satu pemandangan menarik, kala seorang lelaki muda menundukkan kepala sembari menggenggam erat rangkaian bunga mawar yang ia bawa. Kutebak ia sedang kecewa karena tidak jadi makan malam bersama siapapun yang ia rencanakan akan beri kembang itu. Mungkin, seperti itulah aku bila ternyata kamu menolak kedatanganku.

Kurasakan ada getaran halus di saku, Kuambil lalu kulihat kembali layar ponselku. Satu pesan masuk, 'Sorry, the exam just finished. Already on the train to pick you up. ;).'

Kujawab singkat, 'No worries.. Still at the same place. Lol.'

Sedikit melegakan, karena 3 jam sudah aku menunggu. Kusempatkan untuk berkeliling di kota asing ini. Selain dingin, kesan yang kutangkap dari kota ini adalah rapi dan asri. Semua orang berjalan di tengah kota asing dengan bahasa aneh yang tak kumengerti. Untunglah aku bawa kamera favoritku sembari rekam segala hal baru disini. Bahkan aku sempat ambil gambar bus yang dibungkus plastik. Aneh? Iya..

Aku masih melihat-lihat hasil foto yang kuambil siang ini ketika ada tepukan di bahu dan suara asing, 'C'mon, or you will miss the surprise party!'

Belum sempat aku menjawab, dia menarik tanganku.

Haha, ntah cerita apa lagi kali ini. Di kota asing yang akhirnya menjadi tempat favoritku yang lain di Eropa. Aku disini, di kotamu..


--
Ini hari ulang tahunmu!