Friday, October 24, 2014

Tiga musim berlalu..

Jika kamu mencari gambar yg baik dalam tulisan ini, kamu tak mungkin akan menemukannya, karena aku bukanlah seorang penggambar yang baik. Sekalipun ada itu pasti aku ambil dari coretan tangan lain atau sekedar pengabadian mataku melalui teknologi yang mereka sebut kamera.

Aku bukan pelukis yang ahli, karena aku hanya mengerti warna dan paduannya namun jarang aku bertemu cat minyak dan bercengkrama dengan mereka. Aku lebih senang melihat orang melukis sementara aku memerhatikan kuas di tangannya menari, atau sekedar mengagumi dan menikmati hasil lukis pada kanvas yang seringkali aku tak mengerti. Ya, aku tak mengerti namun aku menikmati..

Ingin aku mahir menggambar, melukis, agar aku dapat menuangkan apa yang aku rasa ke ruang lain selain huruf dan angka. Aku ingin mengabadikan apa yang aku lihat dengan padu spektrum penghasil putih.

'When will i see you again?' Berulang terputar lirik lagu itu di ruang dengarku..

Ada hati yang menunggu disini.. seperti untai nada pembangkit memori, kala suhu rendah musim dingin berganti semi. Dinginnya masih terasa nyata melekat di epidermis ketika aku dalam perjalanan pulang dari tempatku bekerja, yang biasa aku isi dengan mendengarkan lagu dan membayangkanmu.

Aku rindu aromamu, betapa nyamanmu, temperaturmu, namun sayang karena kita hanya dipertemukan hanya untuk tiga musim berlalu..

--
Aku rindu melihatmu bersemi dan menggugurkan daun..

Friday, October 3, 2014

Berbagi mimpi

-Mimpi-

Bagiku mimpi merupakan privasi. Sesuatu yang ingin kau capai di dunia ini, bisa kau sebut cita-cita mungkin, atau sekedar khayal tinggi.
Dan aku tipe yang berbagi mimpi..

Ah membagi mimpi. Kata kerja yang berarti menghapus batas privasi pada yang aku percayai, yang aku rasa dekat di hati, dan aku yakini merasakan pula kedekatan kami.

Namun (mungkin) sebatas aku. Bukan kami.

Ya, aku membagi searah. Hanya searah. Yang berbarti tak bertimbal balik. Dari sisiku dan tidak sebaliknya.

Dari seseorang aku belajar satu hal agar jangan terlalu mudah membagi mimpi. 'Jaga ia agar tersampaikan pada orang yang tepat, orang yang kau percaya, orang yang kau anggap dekat bahkan seperti keluarga..'

Aku terlambat menyadari pentingnya prinsip ini. Karena aku adalah seorang pemimpi. Karena aku terlalu mudah percaya.

Ketika semua sibuk berencana dengan kenyataan aku justru sibuk melayang dalam serbuk sari bunga tidur yang sebentar lagi hilang. Ketika semua terjelaskan realita aku masih berenang di danau artifisial hasil pemikiranku sendiri.

Percuma aku bermimpi, membagi, ketika mimpiku tak dipedulikan, satu perlahan pergi, satu yang lain tak diam di sisi. Sibuk sendiri. Aku menunggu, namun diam tak diperdulikan. Aku selalu mencari hingga aku takut yang sering aku cari bosan dengan aku yang itu itu saja.

Biarlah aku diam, tak mengganggu, siapa tahu suatu saat mereka sadar akan aku, lalu mulai menekan tuts kecil mencariku. Dan bila memang kemudian hilang pergi, maka benar kedekatan itu hanya dari sisiku, bukan kami. Dan aku akan tetap diam, membuka lebar tanganku serta dada dan bahu, siapa tahu suatu saat mereka akan kembali. Siapa tahu?

Aku tiba-tiba takut berbagi mimpi. Karena sang nyata benar sangat kejam ketika mimpi selalu membuai meninabobokan..

Aku terbuai sungguh, karena aku seorang pemimpi..

Pemimpi yang sendiri. Dan seharusnya aku menjaga mimpiku sendiri..

--
Cek kembali, itu memang saling atau sekedar mimpi...?

Thursday, October 2, 2014

Lagu kesukaanku, juga kamu (untuk dia)

Why are you my remedy?
Why are you my clarity?

Cause we both know how this ends..

--
Still fight..

Wednesday, October 1, 2014

Invisible

Hidup selalu penuh dengan kejutan, bukan?

Beberapa hari yang lalu, aku baru saja kembali menginjakkan kakiku di tanah air ini. Negara yang selalu aku rindukan sekalipun sering aku bandingkan dalam hati segala lebih kurangnya. Maafkan aku, tapi itulah hakikat aku sebagai manusia yang cenderung membandingkan sekalipun aku tak menyadarinya.. Namun belum genap satu minggu aku disini. Berbungkus bungkus bingkisan aku terima dan aku buka satu persatu. Isinya selalu membuatku termangu. Baiklah, aku ceritakan isi bingkisan itu.

Hal pertama yang aku rasakan ketika keluar dari bandar udara Soekarno-Hatta hanya satu. Sesak! Aku merasakan udara yang memenuhi rongga paru-paruku relatif lebih terpolusi dan tak bersih. Ditambah lagi para kuda besi yang tak bergerak di jalanan. Aku merasa pikiran ini tertekan, padahal belum lama aku meninggalkan negeriku ini. Ah mungkin aku yang selalu nyaman dengan alam pedesaan kurang cocok hidup di tengah kota dengan keramaian. Yak, udara ternyata menjadi kejutan pertamaku..

Beberapa waktu berselang, aku merasa ada yang hilang. Ada yang tak wajar. Aku merasa ada berita yang menunggu namun tak kunjung tersampaikan. Rasa cemas dan waswas menyelinap namun tak terjelaskan karena apa. Aku hanya bergelayut menunggu berita.
Hingga aku duduk di ruang tahtaku di istana. Aku mendapat berita bahwa sang ratu, pemegang kendali pemerintahan juga hidupku telah terserang. Hal yang tak terduga karena pertahanannya selama ini begitu kokoh dan nyata, namun justru ambruk oleh hal kecil. Teremehkan tapi dia memiliki taring maya yang kebuasannya menduduki peringkat kedua. Hal mengejutkan aku dapatkan juga dari ratuku..

Terakhir,, ini mengenai perjalanan. Aku berusaha merencanakan arah kemana aku akan melangkah. Sekalipun terkesan awut-awutan, tapi percayalah, aku adalah seorang perencana terbaik yang pernah kamu kenal.
Untuk orang lain saja aku mampu merencanakan dengan sangat baik, apalagi untuk hal yang berkaitan dengan hidupku. Aku begitu baik menggambar petaku, denah kemana aku akan menuju.
Namun sebaik-baiknya perencana adalah Dia yang menciptaku. Dia  menggeser sedikit arah hidupku dengan mudahnya. Padahal baru beberapa hari lalu aku dengan pongah berkata aku tak akan mau ini itu. Dan begitu cepatnya Beliau menamparku dengan kata-kataku.. Kejutan ketiga namun bukan terakhir aku temukan dari masa depanku. Sedikit lagi aku harus memutuskan kemana arahku akan menuju..

Tak terlihat, namun ada. Mengawasimu dari balik rimbun daun, riak air, atau tipis udara. Ia membaca dan memberikan. Begitupun aku. Aku tak terasa juga tak teraba. Namun aku ada.

Karena hidup ini penuh dengan kotak kado berisi kejutan. Ambil satu persatu, terkejut, dan nikmatilah..

--
Di peraduanku..