Tuesday, December 29, 2020

Aku pernah bermimpi: Menjadi seorang Profesor. Salah satu mimpi yang begitu kudamba kala masih menjadi seorang idealis bernama mahasiswa.

Menjadi seorang sabar mungkin memang bukanlah gayaku. Terutama bila harus terus bersinggungan dengan ekslusivitas dan hal yang begitu administratif. Keinginanku untuk mengajar kuat memang, tapi aku mundur bila terus didera rutinitas tanpa didukung oleh lingkungan yang baik. Iya, aku pecundang memang. Tapi keberpecundanganku bawa positif dengan apa yang kumiliki hari ini. Itulah hidup, ya?

Pernah kuberpikir bahwa kami adalah kumpulan orang pintar dengan kegiatan kosong. Kegiatan berujung pada gosip-gosip obrolan rumah bawa ke kantor. Ya aku tahu akan banyak yang mengecam dengan opini tersebut. Karena berangkat ke kampus untuk sekedar menggugur kewajiban dan menunggu pulang bagi sebagian kami bukanlah hal yang aneh lagi. Tapi di beberapa institusi, hal tersebut adalah hal lumrah dan merupakan rahasia umum.

Tidak, tak semua dari kami demikian, ada yang betul-betul beri sumbangsih tanpa mengharap apapun kecuali murid menjadi lebih baik. Menyedekah ilmu tanpa berpikir pamrih. Mereka kuanggap orang hebat sekalipun banyak hal buruk memecut orang-orang baik ini. Beberapa adalah role model untuk kuambil kebaikan dan landasan perjalanan hidup. Dan memang, orang baik akan selalu mendapat ujian yang lebih berat. Seperti kebanyakan mereka. Ada kala hatiku hancur, ketika kulihat kolega dekat menangis karena hal administratif atau yang cerita sesepele, 'orang baik tak ikut gerbong hanya akan dibuang'.

Begitulah kami, banyak hal tak terceritakan karena citra memang hal penting yang harus dijaga.

Mendapat gelar profesor mungkin bukan jalanku. Namun aku telah belajar banyak dari mereka, para profesor ilmu dengan atau tanpa gelar yang tersemat di nama meraka. Mereka yang tak berpamrih dan turut mengukir sosokku hari ini. 

Selamat pada seorang guru dan pengayomku di sebuah institusi yang besok akan dikukuhkan gelar Guru Besar di depan namanya.

Ah, nyatanya sekalipun terus merundung, aku rindu suasana teduh saintifik itu.

--

Di sebuah kios ikan yang baru terbangun kemarin

Wednesday, December 9, 2020

Besok ah! Harus bisa ganti nomor! Wk

Seharusnya

Harusnya semudah itu membuang yang sudah lalu. 

Semudah meletakkan pembungkus hadiah yang tak lagi berguna ke kotak sampah.
Semudah membuang baju dan celana yang sudah robek dan bolong sana sini.
Semudah mengganti ponsel tua usang dengan yang lebih baik.
Ya, semudah itu.

Nyatanya tidak bagiku, seorang melankoli. 
Lebih baik menyimpan kembali pembungkus kado siapa tahu tergunakan untuk nanti.
Tetap mengguna baju yang bahkan terlihat bagai dress yang hanya kupakai kala tidur.
Dan masih saja menyimpan segala elektronik yang tak lagi menyala.

Ya, seberat itu.. 
--