Monday, November 26, 2018

Nesis (lagi) ?

Gue lagi ngerjain laporan penelitian gue. Dan ini tuh rasanya ga jauh-jauh amat rasanya kaya ngerjain thesis gue jaman dulu ituh. Feeling yang ga jauh beda antara pas kerjain thesis sama ngerjain laporan penelitian ala ala dosen sok unyu ini selalu bikin gue nyengir2 sendiri pas rasain cape.

Sedikit aja, kalo kebanyakan kasihtaunya jadi ga valid! Wk.
Img src: dokumentasi pribadi
Bayangpun, dulu gue ngerjain laporan beginian sendirian tjuy di tengah padang ilalang, eh padang salju negeri eropa sana. Gue balik kantor jam 11 dan lanjut ngerjain thesis sampe jam 3 lanjut tidur dua jam (maksimal 3 jam) buat siap siap balik kantor lagi.

Elah, gitu doang..

IYA!! GITU DOANG!!

Jadi memang sih tiap balik kantor ya urusannya sama penelitian lagi. Serunya disana penelitiannya itu kita dibayar gitu tjuy. Lebih seru lagi karena disana buat sharing sama propesornya juga harus bener2 sambil ngerekam terus didengerin ulang di rumah. Wahaha. Kenapa mesti didengerin ulang di rumah? Karena gue kadang miss buat ngerti apa yang propesor gue maksud. anw, propesor awak panggilannya kristin, cewee tjuy, dan taulah dimana2 paling sulit dimengerti ya makhluk bernama wanita yekan.

Wanitanya aja sulit dimengerti, ini ditambah urusan bakteri dan penyakit! Udahlah kelar!

Tapi berkat usaha, doa, kerja keras, dan keberuntungan plus kekecean eug, akhirnya tuh tesis kelar juga! Hahaha. Gue kangen nesis sambil setengah sadar di sepertiga malam menuju pagi. Nesis sambil skype ngangkat gelas beda negara, atau sekedar jalan ke rumah berkilo meter karena ketinggalan bus di tengah malam yang sunyi?

Hahah.

Udah ah, ini posisi stress karena banyak variabel yang harus dikerjain. Ditambah kesokidealisan gue yang pengennya perfect semuanya. Gapapad deh. Anggep anggep aja nesis ulang.

Hari ini deadline, dan masih ada dua poin lagi yang harus dibahas. Semangat ya tjuy!

Buat yang lagi nesis, semangat ya! Percayalah, tesis akan kelar apapun yang terjadi. entah kelar karena lu selesai, atau kelar karena lu diselesaikan oleh tesis. Wahahaha.

--
"Dikit lagi, Cip."

Sunday, November 25, 2018

November 2018

November segera pergi dengan berjuta cerita yang tak tertulis. Semakin dekat dengan pertemuan dan kehilangan. Aku begitu sibuk dengan berjuta pasang mata yang memerhatikan dan sedikit berbisik membicarakan. Matanya nyalang sekali jadikan kristal fotik seperti spektrum cahaya. Mereka melihat dari perspektif masing-masing. 

Tanpa merasa tersulitkan, aku menjadi seorang yang baru setahun terakhir. Tiga bulan ini aku mengalami perubahan pesat. Terbetik rasa nyaman dan ketenangan. Aku menjadi lebih sabar.

Dalam kesabaran dan ketenangan, aku mencoba untuk dapat melihat lebih jauh. Menjadi pribadi penuh senyum dan lebih kuat. Dapat memberi lebih banyak dan jadi manfaat. Emosiku stabil, mudah mereda tanpa harus meledak. Aku menuju lebih hebat.

Senyum, Senyumku. Karena nyamanku pernah padamu, tak bisa kuhilangkan tapi bisa kureguk hingga tuntas. Sebentar cerita yang menjadi bahan merangkai kata, kamu mendewasakan dengan melihat kembali perjalanan kita yang tak pernah puas. Tersimpan memori untuk dipilah-pilah lagi. Jadi arsip tak berkesudahan menjadi bahan pikir juga laku tanpa perlu berlekas.

Aku berkaca dengan cara yang indah. Karena membolak-balik ingatan bukanlah hal mudah. Bila tenggelam maka akan habis sudah. Tinggal nama yang berakhir dengan sumpah serapah. 
Selamat pagi, Pagiku. Bahwa bertemu dan mengakhirimu adalah perpisahan mewah tanpa air mata tertumpah. Sampai berjumpa lagi punggung yang kurindu.

Kini, beberapa ribu kata masih harus kuselesaikan kembali. Tak mudah namun harus tetap gagah. Bagaimanapun, hidup tak lagi mudah. Tak lagi sesederhana dulu kala bangun siang dan tergagap karena laporan praktikum yang belum selesai.

Selamat berhari minggu, Pembaca abu-abu..

--
JNovember 2018


Wednesday, November 14, 2018

dua meter persegi

Aku rindu pada ruang sempit dua meter persegi ini.
Tempat aku damai dan lepas penat. Bukan pada sembarang tempat.

Hariku kini banyak habis termakan.

Aku rindu padamu.
dan padamu..

Rintik di luar terus berkejaran, sementara musik berputar, delapan dimensi.

Ingat terakhir kita menikmati hujan?
Kau genggam rapat, segera keluarkan payung agar kita tak basah.

'Tak usah.', Sergahku seraya tersenyum.

Biar, biarlah dingin dan hujan ini berhenti abadi di memori.
Biar ia ada disana tanpa terganggu, biar saja.

Toh, terbukti, aku bisa menikmatimu dan hujan kala itu, kapanpun kumau.

--
Di sudut Uni, tempat kita pernah merasa saling.