Saturday, July 20, 2019

- Kantor -

'Ini sementara. Dia hanya liburan tak lebih dari seminggu. Kebetulan saja aku yang dia pilih untuk menumpang inap dan jadi teman perjalanan selama liburan.', Pikirku. 

Pagi ini aku begitu berbunga, ntah setan apa yang merasukmu semalam. Aku bahkan tak bisa fokus mengerjakan tugas apa yang diberikan oleh Profesor padaku. Yang kubayangkan adalah sesosok riang melambaikan tangan ketika pagi ini berangkat. Kepalaku masih sedikit berat, mungkin sisa wine yang kita nikmati semalam.

Ponselku bergetar. Kubiarkan. Aku memang tidak terbiasa mengawasi ponsel ketika bekerja, karena hanya akan menggangu fokusku saja.

Aku seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan thesis dan sibuk bekerja demi membayar biaya hidup di Prancis. Beasiswa yang kuterima hanya meng-cover biaya masuk universitas dan sebagian kecil biaya hidupku. Belum lagi pencairan beasiswa yang tidak teratur, bisa tiga hingga enam bulan sekali. Sisanya? Ya aku bertahan hidup sendiri. Karenanya, mana sempat aku habiskan waktu untuk bermain-main? Apalagi untuk memikirkan pacar, biaya untuk hidup saja sulit, apalagi untuk berpacaran. Tapi aku senang karena disini aku punya banyak sekali teman baru.

Ponselku sekali lagi bergetar. Aku masih ingin melanjutkan pekerjaan. Tapi kali ini aku tak bisa menahan diri untuk tak melihat pesan apa yang masuk dan membuatnya bergetar.

Beberapa notifikasi masuk, salah satunya darimu.

'Have a great day! Dinner will be ready when you home. :)', Pesanmu.

Sebaris kalimat yang spontan membuatku tersenyum. 

--

Friday, July 19, 2019

Aku masih berdiri, dekat bench tak jauh dari pemanas ruangan, sembari cari kamu di antara orang-orang keluar dari pesawat. Aku coba lagi mengingat sebentuk wajah dari foto itu. Sial, aku bukan pengingat yang baik, sementara ponselku sudah mati.

Tak lama berselang, seseorang melihatku, bergegas mendekat. Aku canggung, aku ingin balas senyum tapi khawatir bukan aku orang yang dituju.

Aku melihat sekitar, siapa tahu ada orang selain aku.

Kamu semakin dekat, beri senyum yang masih kuingat.

'Hei!.', Katamu.

Aku masih diam, meyakinkan kamu bicara padaku. Lalu bertanya, 'Hi, It's Airin, right?'

'Haha, Yea it's me! you silly.' tiba-tiba kamu sergap aku dengan peluk. Aku cuma bisa bingung, bukan budayaku bertemu pertama dengan orang baru lalu berpelukan. Di negaraku pertemuan pertama biasanya diisi dengan bersalaman atau berbasa-basi. Bukan seperti ini.

Iya, Aku bisa baca pikiranmu ketika baca ini. Bahkan aku tak pernah berpikir bisa dapat peluk selamat datang seperti itu.

Bahkan aku tak balas peluk pertamamu kala itu.

Ah, Bodoh...

--

Wednesday, July 17, 2019

- Bandara -

Nafasku sudah normal saat ini, tadi jelas aku tersengal akibat mengejar bis terakhir menuju bandara. Untunglah terkejar. Aku duduk di bagian belakang bus tepat di sisi jendela. Favoritku adalah melihat pemandangan sepanjang kota. Tak terasa perjalanan sekitar satu jam terlewat sudah.

Dari kejauhan aku bisa melihat bangunan besar dengan menara khas sebuah lapangan terbang. Ya, Aku akhirnya sampai di tempat yang bahkan belum pernah kukunjungi ini. Bandar udara yang ternyata besar. Besar yang tak mungkin dikomparasi dengan beberapa bandara yang pernah kulihat di tanah air. Apalagi satu yang ada di kampungku.. Ah aku tiba-tiba rindu suasana kampung halaman.

Buspun sampai di halte, pintu terbuka, aku dan beberapa orang turun. Kutebak sebagian besar dari mereka akan melakukan perjalanan ke luar kota. Terlihat dari bawaan yang lumayan banyak dan cara buru-buru khas orang berangkat ke suatu tempat. Sepertinya malah hanya aku yang melakukan penjemputan, karena aku hanya menggunakan jaket tebal, jeans, dan boots favorit.

Hawa panas dari chaufage atau pemanas ruangan dari dalam bus lenyap berganti dingin suhu alam ketika aku turun. Bergegas aku memasuki bangunan dengan kaca besar mempertontonkan beberapa badan pesawat digantung di langit-langit ruangan. Iya, aku terpukau dengan cara orang-orang disini membangun sesuatu, semuanya sudah diperhitungkan tanpa melupakan sisi seni.

Semakin aku memerhatikan bagaimana tempat ini dibuat aku semakin kagum, ada beberapa bagian pesawat diatur di sisi-sisi bangunan hingga miniatur kapal selam lengkap dengan penjelasannya. Kotaku memang terkenal sebagai salah satu pangkalan militer laut terlengkap di dunia. Tak heran bila aku melihat beberapa kapal perang dan kapal selam melewati laut di depan kantor.

Kulirik jam di tangan kiriku, masih ada sekitar setengah jam lagi kamu sampai. Kubuka kembali ponsel untuk lihat pesan terakhir darimu sekitar setengah jam lalu, "Boarding already. i'll see you very soon!".

Aku terpikir untuk membalas, tapi sepertinya percuma. Toh kamu pasti sudah dalam airplane mode. Jadilah kuurungkan niat. Kucukupkan dengan menunggu saja di salah satu gate kedatangan domestik.

Ya, aku akhirnya akan bertemu dengan kamu, seorang asing yang akhir-akhir ini sering cerita banyak. Dari pengalaman jalan-jalanmu ke Spanyol, hingga sulitnya belajar di negaramu. Bermula dari ajakan tak serius untuk berkunjung ke kotaku di ujung barat Prancis yang kamu iyakan beberapa minggu lalu hingga beberapa waktu lagi aku akan menemuimu di tempat ini..

--

Tuesday, July 16, 2019

Monday, July 8, 2019

Chapter I - Barat Prancis

Tersentak aku terbangun. 

Kulihat jam di pinggir tempat tidur. 'Sial! Telat!', aku memaki diri.

Kuambil ponsel, segera kukirim sebaris imessage pada kontak yang akhir-akhir ini selalu berada di tempat teratas.

'Boarding already?', singkat lalu kukirim. Kutunggu sebentar tapi hanya checklist satu. Pertanda pesanku tak sampai. Ada dua kemungkinan, ponselnya mati atau sudah berada dalam pesawat menuju tempatku.

Bangun dari tempat tidur, segera aku bersiap. Hari ini kotaku begitu dingin. Cerah, tapi dingin. Sudah mulai masuk musim semi tapi tetap saja aku harus pakai baju tebal dan jaket musim dingin demi menghangatkan badanku yang terbiasa dengan iklim tropis. 

Sungguh aku malas untuk keluar di hari libur karena kuliah sembari bekerja yang kulakukan saat ini. Namun, aku terlanjur janjikan untuk jemput orang asing hari ini di bandara. Biasanya kuhabiskan waktu di akhir pekan untuk bermalas atau (bila terpaksa) ke kantor untuk selesaikan pekerjaan yang masih dan akan selalu menumpuk itu.

Perjalanan dari apartemenku ke bandara tak terlalu jauh sebetulnya. Tapi aku harus menggunakan bus dan berpindah satu koridor. 

Masalahnya ini akhir pekan, dimana frekuensi bus akan berkurang. Ditambah jadwal bus menuju bandara tidak tersedia hingga larut malam. Pada hari kerja, kendaraan umum akan ada hingga tengah malam, namun di akhir pekan hanya beroperasi hingga pukul sembilan malam saja. Terlebih untuk ke bandara, hanya tersedia sampai pukul 5 petang. Aneh kan?

Baiklah, aku keluar dulu. Bukan waktunya untuk mengeluh terus.

Sebelum keluar aku melirik sedikit jadwal bus yang kuletak di lemari baju. Memastikan aku tak ketinggalan dan harus keluar lebih mahal untuk sekedar jemput teman yang belum kukenal.

Baiklah, sudah sedikit mepet, kusiapkan badan untuk berlari sedikit kejar agar tak tertinggal. Kutarik nafas sedikit dalam, kubuka pintu apartemen, dan serta merta dingin menyeruak.

Aku berangkat.

--