Monday, March 30, 2020

----

01100100 01101001 01101101 01100001 01101110 01100001 00100000 01110010 01110101 01101101 01100001 01101000 00111111

Sunday, March 22, 2020

Saturday, March 21, 2020

cerewet!

tempat lain

Rumah ini kecil, tapi disitu ada keringat yang mengalir.
Mungkin tak semegah rumah lain, tapi disini ada cercah harap setitik.
Aku tahu tempat ini tak seindah tempat lain.

dan..

Biarlah kunikmati apa yang kumampu, bukan apa yang kumau.
Karena aku bukan pengemis yang hanya bisa meminta, aku membesarkan diri dengan segala tenaga.
Persetan dengan cibir heran juga tekanan tak beraturan.

Mungkin ada baiknya aku tutup telinga lebih rapat,
ketimbang hati lara mendengar desus mencurigakan.
Dihakimi dan diberi cap sementara menjaga senyum terkembang begitu melelahkan.

Mungkin mereka merasa, merekalah tuhan.

--
kurasa rasaku.

Wednesday, March 18, 2020

Monday, March 16, 2020

Saya rindu naik kereta..

kursi panas

Tak sampai lima detik saya duduk di kursi kebanggaan ini. Ternyata ruang hijau tak terlalu besar bisa buatku rindu, sesuatu di luar perhitungan.

Kulihat beberapa tulisan milik seorang muda, ternyata sudah begitu banyak perjuangan kulalui. Kupilih untuk meninggalkan nyaman dan mencari jati diri. Tak semudah yang dibayangkan saat dulu masih idealis ternyata.

Banyak peluh juga lelah yang harus dibayar. Tak sekedar kerja keras tanpa berpikir. Hanya tindakan banyak disertai perhitungan agar tak terjerembab dalam.

Aku rindu duduk berfokus pada apa yang kucari sembari sesekali tergoda buka layar kecil perangkat dunia maya. 

Mungkin sebentar lagi, aku bisa duduk menikmati lagi. Tenggelam berpikir dan mencari jalan baru...

--

Wednesday, March 11, 2020

rendam

Saya baru saja mandi dengan air pelembut pakaian. Haha. Kok bisa?

Iya. Malam ini saya plg dari warung dengan rasa kurang enak badan. Perut saya melilit, pikiran penuh, ditambah dengan badan yang sedikit menggigil. Saya rasa kantuk sekali sedari siang, tapi seperti biasa, saya krg punya kesempatan untuk beristirahat. Sekalipun istirahat, pikiran saya tetap berkelana. Menyebalkan.

Kembali ke cerita malam ini, setelah rebahan sebentar menikmati waktu tenang, saya menuju dapur untuk menghangatkan air yang akan dicampur dengan air di bak, agar hangat tinggi. Akhir-akhir ini mandi air hangat sepulang lelah sehari adalah hal menyenangkan. 

Sembari menunggu saya membuka 9gag, salah satu sumber bahagia saya selama lebih dari 1 dekade. Tak terasa airpun mendidih, saya bergegas ambil lalu ke kamar mandi untuk campur air. Di bak kecil tempat saya biasa campurkan air tersebut, saya lihat ada air sedikit, krg dari 2cm. Tanpa pikir panjang, segera saya campurkan saja ke dalam bak. Tak lama saya rasa aneh, karena air terlihat mengeruh. Biasanya air campuran terlihat bening.

Saya berusaha positif saja, mgkn air sedang jelek. Tapi aroma wangi tiba-tiba merebak. Saya segera sadar, bahwa itu adalah air sisa pewangi pakaian. 

Ntah, saya hanya terdiam. Sempat terpikir ingin merebus air kembali, tapi akan butuh waktu lagi sementara badan ini sudah terlampau letih. Sedih rasanya, mencari sedikit bahagia di antara lelah saja rasanya sulit akhir-akhir ini. Ada saja masalah.

Sudahlah. Saya bodoh memang karena kurang jeli. 

Sudah malam, dan saya masih sulit tertidur.

Selamat malam.

Wednesday, March 4, 2020

Detik-detik menunggumu

Seru sekali..

Mendung di Penghujung Hari

Mendung di penghujung hari. Masih menjadi keseharianku beberapa tahun terakhir. Menikmati perginya sang hangat tertutup mega kelabu berlalu perlahan.

Menunggu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Tapi akan selalu menjadi terbayar ketika yang ditunggu membuahkan hasil.

Perlintasan lalu lalang tak berhenti sedari pagi. Terlihat cemas di banyak wajah mengemudi. Aku berhadap pada dua layar monitor. Satu kuguna menghitung, yang lain untuk seni. Bukan hal baru karena sejak dulu aku terbiasa mengerjakan segala.

Tahu apa yang aneh? Aku merasa inilah rutinitas yang dulu kubenci. Yang tak pernah kuharapkan sama sekali. Dulu.

Tapi nyatanya biasanya yang kamu benci itulah yang akan membersamai hidup. Yang paling kau hindari itulah yang nanti akan melengkapi. Aku dengan kehidupanku kini. Lelahkah aku?

Teringat satu cerita seorang yang ingin mengakhiri hidup beberapa hari lalu. Ini bukan yang pertama kali juga bukan orang pertama. Namun hati ini selalu bergetar kala kubertemu cerita soal memotong nadi atau menghempas badan dari atas penyebrangan. Mengapa? Karena dulu aku pernah di posisi itu. 

Aku merasa beruntung sekali beberapa kawan mau cerita soal sedihannya. Bukan berarti aku mencari hati atau perhatian, bukan. Hanya aku tahu persis rasanya ingin mati. Tak mengenakkan. Hitam.

Depresi katanya. Bukan kata-kata yang bisa diucap bermain makna. Bila tak terbiasa dan terpendam, mengakhiri hidup adalah salah satu pilihan paling masuk akal. Tak tercegah kecuali diceritakan atau menjadi tenang.

Pada siapapun yang membaca tulisan ini, Tuhan selalu punya cara untuk mengakhiri hidup memang. Tapi setidaknya, jangan kau gubris pikiran untuk memutuskan nadimu sendiri. Karena hidup akan menjadi masuk akal suatu saat nanti. Karena sesulit apapun saat ini, akan ada saatnya alasan itu terungkap.

Suatu saat, lelah inipun akan terbayar. Pasti.

--
Basamu menyeruak. Bulirmu sudah turun ternyata.

Monday, March 2, 2020

Hai, Maret. Selalu jadi bulan menyenangkan bagiku.

Selalu ada cerita di masa kini yang ingin kubagi. Dengan segala peluh juga kesah.
Ada beberapa hal di masa lalu yang terindukan. Mungkin karena tanpa tanggung jawab juga pencapaian tak terlalu tinggi. Tanpa gengsi juga perjuangan tak berpeluh sungguh.

Tanpa arah, tanpa drama, tanpa pusing memikirkan rasa ini itu.

Merindukan banyak hal, termasuk kilas balik perjuangan dan semangat menyala-nyala.
Punyakah aku kini?
Bahkan kadang aku bertanya pada diri, apa yang kukejar kini.

Aku merindu, tapi tanpa tendensi ingin kembali. Bukan untuk mengulangi, hanya sebagai pembanding bahagia. Aku dengan istriku kini, kebahagiaan tak tertandingi. Seorang mungil kami yang akan segera hadir di Maret ini.

Masa lalu, aku begitu bahagia. Aku begitu bebas dan lepas tanda tahu arahku.

Saat ini mungkin sulit. Tapi aku akan kembali pada mantra yang selalu kurapal sejak bertahun lalu, "Sedikit lagi."

Sudah terlalu jauh. Aku mensyukuri apapun yang kumiliki dan tak kumiliki.

Selamat malam, Maret. Selamat jalan sekali lagi.