Sunday, April 12, 2020

Produktivitas Sejati

Saya merasa produktif hari ini. Tidak hanya produktif, saya merasa bahagia! Sedari pagi saya sudah berangkat ke pasar. Ya, saat ini saya merelakan harus ke pasar di tengah pandemi karena ada beberapa keluarga yang saya jaga. Beberapa? Iya, tidak hanya satu.

Merepotkankah? Tidak seberapa. Karena bagaimanapun hal tersebut bisa memperkecil kemungkinan persebaran virus Corona. Selain keluarga, ada juga kebutuhan warung yang harus dibeli. Ya, bagaimanapun perut tetap harus diisi di tengah kewaspadaan yang terus meningkat..

Apatis? Mungkin lebih karena 'keharusan' ya. Saya juga kalau boleh memilih, ingin berada di rumah saja dan menjaga keluarga kecil saya. Tapi bila saya seperti itu, maka akan lebih tinggi risiko terjadi penularan Covid-19 ini di keluarga saya. Repot? Tidak apalah, toh untuk kebaikan yang lebih besar, bukan? Saya juga was-was sebetulnya, tapi saya coba meminimalisasi saya terpapar dengan cara mengurangi intensitas keluar. Dengan cara menjadwal ke pasar beberapa hari sekali, misalnya.

Oh iya, selain kehadiran Mbak Aisyah juga kebertahanan usaha kami menjadi penyemangat saya dalam mencari rezeki, ternyata wabah ini membawa dampak positif.

Dampak positif bagi perusahaan adalah, saya tengah menggodok usaha baru bersama teman-teman saya di Semarang dan Bandung! Hehe. Sudah ada dua usaha yang dibicarakan saat ini. Bidang yang akan kami geluti adalah Otomotif dan Kuliner. Kami sementara ini menyepakati bahwa 'Sejati' menjadi nama dari usaha baru kami. Berasal dari Semarang dan Jatimas. Iya, karena pusat dari usaha terbaru kami rencananya ada di Semarang. Heheh. Hal yang makin di luar ekspektasi. Semakin besar mimpi, maka semakin besar pula effort yang harus dilakukan. Tapi saya yakin semua akan tercapai pada waktu yang tidak lama. Mengapa? Karena saya tidak sendiri.

Bocoran! Ini logo kami! Hehe
Img source: Dokumen Pribadi


Profuktivitas saya menghasilkan bahagia. Kalau kamu gimana?

--
First Created on April 12th 2020.
J

Pohon Perbuatan

Saya percaya bahwa segala apa yang kita lakukan akan kembali ke kita. Selama itu ke arah kebaikan, dan kita meyakini hal tersebut, maka akan ada kebaikan pula kembali ke kita.

Contoh kecil adalah, bersedekah. Perbuatan merupakan bibit yang kita tanam saat ini. Ntah dengan cara apa benih tersebut akan tumbuh dan terus berkembang. Suatu saat akan memberikan buah yang nantinya akan kita makan. Pertanyannya, jenis bibit apa yang kita pilih? Kebajikan atau keburukan? Pohonnya perbuatan akan membesar dan berbuah, berbuah baik dan buruk yang akan kita konsumsi.

Terbayangkah bila pohon tersebut berisi hal tidak baik? Buahnya akan berbau anyir dan busuk. Jangankan memakannya, mencium baunya saja akan membuat ingin muntah, mungkin. Tapi bagi yang terbiasa, maka buah buruk tersebut tidak akan berasa apapun. Tidak serta merta buat jijik. Tapi ya terlihat biasa.

Pilihan dalam hidup adalah menyemai kebaikan atau keburukan. Tanpa disadari, sudah banyak benih kita semai. Sudahkah mulai memetik buahnya?

Saya merasa hidup saya tercukupi. Bahkan di tengah wabah Covid-19 ini, saya justru merasa semakin tenang dan tidak terlalu banyak pikiran.

Saya memiliki masalah, sama seperti makhluk lain. Dan saya meyakini, masalah tidak akan diberikan oleh Tuhan pada hambaNya melebihi spesifikasi makhluk. Semakin saya menyadari itu semakin saya merasa tenang dan bahagia. Semakin besar dan banyak masalah yang hadir dalam hidup, semakin saya merasa segera naik tingkat.

Hal ini yang tak hentinya saya syukuri. Karena diri ini masih mau dan mampu mengingatkan bahwa bahagia bentuknya sangat sederhana.

Kita hanya sering tak menyadarinya saja.

Friday, April 10, 2020

aku tahu yang kamu tidak tahu. sekalipun kamu cari tahu. dan sungguh, aku tak peduli dengan pikiran sesat itu. aku akan bahagia, dengan caraku.

--

Monday, April 6, 2020

Membangun Manusia

Membangun manusia beda banget sama bangun usaha. Hal itu jadi sesuatu yang menantang banget buat gue. Di sisi lain, hal itu sangat melelahkan.

Melelahkan? Iya. Karena membangun manusia tidak semudah kelihatannya. Kita bisa saja membakar semangat manusia untuk berbuat A B C D E dalam waktu yang singkat. Tapi apakah bisa api yang menyala bertahan? Bila bisa, seberapa lama apinya akan menyala? Akankah meredup?

Membangun usaha berbeda dengan membangun manusia. Membangun usaha tidak harus dengan hati. Sementara bangun manusia harus pakai hati. Hati yang membangun lama kelamaan akan terus terusik dengan segala penat. Hati juga akan semakin harap akan terbangunnya manusia. 

Akan menjadi sebuah pencapaian memang bila mampu buat manusia terbangun lebih tinggi. Tidak mudah tapi bisa.

Tapi kamu tahu apa yang sering buat kecewa? Harapan yang terlalu tinggi....

--