Friday, June 10, 2022

Memberanikan Diri

Derap jantung berirama lebih cepat, ntah kenapa tidak pernah berubah. Lantunan lagu-lagu di telinga begitu lekat.

Di antara tugas diberi, keinginan untuk memenuhi harap, serta lelah di ujung hari. Nyatanya begitu mudah rapuh hati ini.

Ketika pulang bukan lagi sebuah penantian, tak lagi jadi pelepas letih, dan pengganti peluh sepanjang hari, lalu akan kemana lagi?

Mungkin tidak harus selalu terceritakan apa yang dirasa. Cukuplah selalu memberi dan memberi, bercerita pada diri, tentang hari, tentang hati.. Karena dewasa ini, bukan lagi mengenai kesenangan tapi mengenai pemenuhan harapan orang lain, yang terlalu tinggi. Kurasa bahkan menembus langit dan tak terlihat lagi. Karena kesempurnaan adalah sebuah keharusan, cela adalah sebuan hina yang tak boleh terjadi.

Aku lelah sekali..

--

Dari ketinggian sebuah menara, aku memandang jauh. Tak pernah seharipun mengeluh. Karena aku tahu aku sekuat itu. Sekalipun dahi ini sering bertemu keras pembatas tempat berteduh. Tapi ada hangat tiap kurasakan musim dingin di bawah nol derajat itu.

Kini di negara tropis yang mendapat rezeki hangat matahari sepanjang tahun aku begitu rasa kedinginan. Begitu pilu hingga tulang kurasa. Ntah kenapa.

--

Aku beranikan diri untuk menulis lagi di sini, buku catatan kusam yang tak kusambangi karena harus menjaga hati. Padahal dia salah satu tempat yang bisa menampung penat, tanpa harus bercerita, tanpa orang harus mengerti apa yang sedang terjadi. Satu-satunya yang mau menerima kusutnya otak ini, agar aku meracau dan tak harus masuk ke hati. 

Karena, aku lelah sekali..

--

No comments:

Post a Comment