Friday, October 3, 2014

Berbagi mimpi

-Mimpi-

Bagiku mimpi merupakan privasi. Sesuatu yang ingin kau capai di dunia ini, bisa kau sebut cita-cita mungkin, atau sekedar khayal tinggi.
Dan aku tipe yang berbagi mimpi..

Ah membagi mimpi. Kata kerja yang berarti menghapus batas privasi pada yang aku percayai, yang aku rasa dekat di hati, dan aku yakini merasakan pula kedekatan kami.

Namun (mungkin) sebatas aku. Bukan kami.

Ya, aku membagi searah. Hanya searah. Yang berbarti tak bertimbal balik. Dari sisiku dan tidak sebaliknya.

Dari seseorang aku belajar satu hal agar jangan terlalu mudah membagi mimpi. 'Jaga ia agar tersampaikan pada orang yang tepat, orang yang kau percaya, orang yang kau anggap dekat bahkan seperti keluarga..'

Aku terlambat menyadari pentingnya prinsip ini. Karena aku adalah seorang pemimpi. Karena aku terlalu mudah percaya.

Ketika semua sibuk berencana dengan kenyataan aku justru sibuk melayang dalam serbuk sari bunga tidur yang sebentar lagi hilang. Ketika semua terjelaskan realita aku masih berenang di danau artifisial hasil pemikiranku sendiri.

Percuma aku bermimpi, membagi, ketika mimpiku tak dipedulikan, satu perlahan pergi, satu yang lain tak diam di sisi. Sibuk sendiri. Aku menunggu, namun diam tak diperdulikan. Aku selalu mencari hingga aku takut yang sering aku cari bosan dengan aku yang itu itu saja.

Biarlah aku diam, tak mengganggu, siapa tahu suatu saat mereka sadar akan aku, lalu mulai menekan tuts kecil mencariku. Dan bila memang kemudian hilang pergi, maka benar kedekatan itu hanya dari sisiku, bukan kami. Dan aku akan tetap diam, membuka lebar tanganku serta dada dan bahu, siapa tahu suatu saat mereka akan kembali. Siapa tahu?

Aku tiba-tiba takut berbagi mimpi. Karena sang nyata benar sangat kejam ketika mimpi selalu membuai meninabobokan..

Aku terbuai sungguh, karena aku seorang pemimpi..

Pemimpi yang sendiri. Dan seharusnya aku menjaga mimpiku sendiri..

--
Cek kembali, itu memang saling atau sekedar mimpi...?

No comments:

Post a Comment