Tuesday, February 5, 2019

Teruntuk kamu yang pergi terlebih dahulu.

Malam tadi aku menemuimu, kita berujar sapa di tepian jalan. Kita bicara banyak, dan sekali lagi aku mengeluh padamu, sementara kamu hanya beri senyum seperti biasa. 

Kamu begitu nyata, dan sebelum mata ini terbuka, kamu sempat bilang 'selamat tinggal'. 
Kata yang tak pernah terucap bahkan di kali terakhir kita bertemu.
Dan sebelum mimpi itu berakhir, kamu beri aku peluk,.

Erat yang menghangatkan, erat yang beri nyaman. Ah, Aku rindu.

Kita pernah menjadi pelengkap satu sama lain. Aku pernah sekuat tenaga mengejarmu, walaupun pada akhirnya kamulah yang membuat nyawa ini hilang, jiwa ini tak lagi labuh ketika kamu pergi. Kamu begitu lekat, hingga kehilanganmu adalah peristiwa yang ingin kuhapus dari otakku.

'Bagaimana kabarmu?'
Adalah pesan yang lama ingin kutanyakan sejak dulu.
Tapi alih-alih mengenyampingkan ego, kutinggikan harga diriku justru.
Padahal aku tahu, itulah yang bikin aku semakin kehilanganmu.

'Nona, Kamu dimana?'
Adalah tanya tak terucap sejak lama.
Yang begitu sering kutuliskan namun tak pernah tersampaikan.
Biar, biarlah mengusang tertutup debu masa lalu hingga bersawang.

Aku tak lagi mendengar kabarmu, mungkin ego juga harga diri yang kupertinggi, 
Padahal aku tahu, sulit untuk dapatkan pengganti senyaman dirimu.

Ya, kita tak lagi bersama tanpa ada yang memutuskan. Kita hanya saling membiarkan di tengah dingin kota itu. Walaupun aku tahu, nadi ini mungkin tak lagi teraliri merah kala kau benar pergi.

(jeda)

Begitu terbangun di dalam tenda, Akupun menyeruak keluar, menghampiri malam yang belum juga hilang. Menengadah dalam gundah, aku bicara satu arah dengan Tuhan, menyampaikan pesan untuk masa lalu. Masa aku tak peduli dengan dungu.

Haha. Aku begitu bodoh menelantarkan perjuangan kita kala itu. Ntah kenapa inginkan kamu, mungkin karena aku tahu, doa kita tertuju pada Tuhan yang tak sama. 

'Kalau doaku tak dikabulkan Tuhanku, mungkin Tuhanmulah yang akan kabulkan doa kita.', Candamu waktu itu.

Nona, di sepertiga malam ini, aku menitipkan rindu. 

Teruntuk kamu, yang telah pergi terlebih dahulu..

--
Ps. Musikalisasi puisi pertama tahun ini!

No comments:

Post a Comment