Tuesday, May 12, 2020

"Pak, saya mau bisa berangkat S3 sebelum umur saya 30. Bisa ga ya pak?"

Beliau tersenyum sedikit terkejut mendengar anak didiknya menyebut sebuah asa yang bukan main-main.

"Hmm.." terlihat kerut di dahinya seraya memilih kata-kata yang akan disampaikan pada muridnya ini. Sepertinya beliau tahu, mimpi ini bukanlah sesuatu yang mudah diwujud.

Akupun baru menyadari, hidup begitu tak tertebak.

"Udah, kamu fokus dulu aja buat berangkat. Perjuangan ini masih panjang, Cip. Dan berdarah-darah. Kalau nanti sudah pulang, kita ngobrol lagi"

-

Penggalan percakapan saya dan seorang dosen yang sudah saya anggap ayah ketiga saya di Semarang. Ruangan Administrasi Magister Manajemen Sumber Daya Pantai, Universitas Diponegoro

Aku baru menyadari saat ini, mengapa beliau menjawab saya seperti itu. Karena sejatinya hidup begitu berliku dan rumit. Semangatku tergerus waktu juga hantaman hidup. Keinginan tak sekeras itu lagi.

Tiba-tiba aku malu bahwa sering dengan pongah berkata pada para mahasiswa, bahwa untuk menggapai mimpi dibutuhkan energi besar sekali.

Satu hal yang lupa saya berikan kepada mereka, "Waktu begitu bengis menitiki segala kantung semangat yang pernah seorang manusia punya begitu banyak."

--
Sial, aku rindu pada nyala api dalam dada buat buncah semangat tak mudah mati.

No comments:

Post a Comment