Kupikir segera aku bisa menghindari rajaman kata menusuk hati, nada cemooh terdengar gendang telinga, serta sayatan hina mencabik hati. Tapi aku sudah terlanjur tenggelam, makin lama makin dalam. Terbakar air aku semakin larut, bernafas tak lagi mampu, mengkristal sudah menjadi arsip lain di otak yang tak banyak mampu mensiasati mimpi.
Kunjungan kali ini hanya berbatas tatapan nanar tak berisi, aku perhatikan sekali lagi, menyibak kabut tak tipis kasat mata buat linglung rotasi mimpi. Sudah menjauh, di sela rindu, di antara derasnya ingin, dan kesadaran atas ketakberdayaanku.
Kusahutkan lagi bisik doa pada langit kelam. Aku tak berteman siapapun, hanya sepi dan pikiran berisik tak berhenti.
Tak mengapa, aku akan baik saja. Menumpukan diri, memampukan redup asa, terkobar padam, kujalani terpejam.
Kurindukan nafas, yang terlalu cepat pergi sebelum kutemui..
—
No comments:
Post a Comment