Wednesday, December 25, 2019

Roda pesawat berdecit ketika bertemu dengan lintasan penerbangan. Kulirik jam tangan baru pemberian dari kakakku. "Biar tahu waktu.", Katanya.

Pukul 09.25. Tepat sembilan jam sejak kami menapaki bumi Indonesia. Aku mengedarkan pandangan, sudah banyak orang terbangun karena sadar akan pendaratan ini. Aku mencoba melihat lingkungan baru, langit masih gelap. Samar aku berusaha mendengar pengumuman melalui pengeras suara. "Ladies and Gentlemen, welcome to Hamad International Airport, Qatar. Local time is 05.25 and the temperature is 12°C".

Aku tertegun, ternyata masih subuh disini. Sembari menunggu aku melihat ponsel usangku. Tak ada sinyal. Kucoba aktifkan koneksi, ada sms masuk. Beberapa mengirimkan doa, beberapa membalas pesan berpamitan yang kukirim ke beberapa orang sebelum lepas landas tadi.

"Semoga perjalanannya menyenangkan ya! Kabari bila sudah sampai."

"Iya. Pasti didoakan, Nak. Selamat belajar, tetap kabari Ibu. Nanti kalau pulang ke Indonesia main ke rumah jangan lupa."

"Hei!! Berangkat kok ga bilang-bilang! Aku mau kasih kado padahal!! Huh!!!"

Senyumku terkembang. Beberapa pesan dari orang-orang terdekat yang buatku gatal ingin balas segera. Namun tetiba Aku mengurungkan diri untuk membalas. Karena sadar biaya pengiriman sms yang tidak murah bagiku. "Nanti sajalah.", pikirku.

Aku masukkan kembali ponselku ke saku tas. Sudah sekitar lima menit sejak pesawatku menjejak bumi, tapi kami belum kunjung berhenti. "Bandara ini sangat besar!", suara di kepalaku berbicara. Aku tak sabar melihat-lihat bagaimana isi  Perlahan badan kapal terbang mendekat ke salah satu garbarata, tanda sebentar lagi penumpang pesawat bisa turun.

Setelah pesawat benar-benar berhenti. Penumpang dipersilakan turun, aku kagum karena kurasa lebih tertib proses penurunan penumpang ini. Tidak terkesan buru-buru seperti yang biasa kulihat. Ada memang yang terlihat ingin segera turun, tapi hanya segelintir.

Akhirnya tiba giliranku untuk meninggalkan pesawat. Baru saja menjejak garbarata atau tangga belalai, hawa dingin segera kurasa. saking senangnya aku tidak perhatikan semua orang pakai jaket tebal. Hanya aku pakai baju seadanya. Hehe.

"Atis yo, Cip (Dingin ya, Cip).", Ujar Mbak Nurul.

Aku baru sadar kalau aku bersama dia.

Hehe.

--

No comments:

Post a Comment