Ya, dia bernama perahu kayu..
Bila dibandingkan dengan perahu kayu, aku akan lebih memilih menjadi perahu kertas,,
ia lebih mudah dibuat, tak perlu keterampilan khusus, walaupun hanya sebentar berlayar dan terlalu cepat tenggelam, namun akan ada lagi yang menciptakan, menempa senyum sekilas dari pembuatku..
dia diam melihatku.. |
Selama hidupku, aku tak akan lelah membelah ombak, membantu para nelayan memiliki mata pencaharian.. namun adakah yang memikirkan nasibku? ketika diawal mereka bangga memilikiku, dan seiring berputar waktu aku akan terus berlayar, membuat rusuk penyanggaku melemah, kulitku tak sekuat dahulu, hingga akhirnya aku memiliki lubang halus di sana sini... ya, mula mula mereka akan menambal, ketika sudah bosan memperbaiki,, aku kembali ditinggalkan.. dibiarkan mengapung bersama ombak, angin, dan hujan, mereka yang akan selalu setia menemani menempuh kesendirian..
Dan lazuardi? ia hanyalah saksi, yang selalu bisu dan akan melihat di kejauhan,, dari awal kelahiran yang diakhiri kematian, dia terus akan melihat.. bukan untuk menyapa, ya, hanya melihat saja.. memperhatikan.. karena hanya itulah yang dia bisa lakukan.. diam, tak beralibi..
Aku, yang melapuk mati perlahan.. perahu kayu menuju ajalku..
--
No comments:
Post a Comment