Sunday, September 6, 2015

Rasa memang tidak butuh kalimat tanya, dia hanya butuh sedikit keberanian serta kejujuran untuk dapat diungkapkan...

Mengenai rasa dan nyata seringkali tak adil, kurasa. Lihat saja kita, kekaguman yang disimpan begitu saja, dibiarkan membusuk dan menyatu kembali dalam kubur hati tanpa pengungkapan. Sering aku tersenyum paksa menunjukkan lukisan wajahmu di muka ponselku, getir, karena ragu juga dingin yang menelisik perlahan karena aku tahu kepemilikan tak bisa aku pancangkan, antara aku dan kamu.

dingin.

Aku teringat sekali lagi, bagaimana aku menertawakan serta mencibir perempuan yang merangkul erat seorang lelaki, cibiran antara iri dan benci, tak tahu aku mana yang lebih dominan, aku hanya ingin mencibir, mungkin. Serta betapa aku kagum bila melihat sepasang renta, diantara lemah saling melindungi dan memberi rasa nyaman yang biasa, meski mata meredup namun kasih yang terpancar tak akan dusta.

Sekali lagi aku buka mesin pencari, merangkaikan huruf untuk membentuk urutan konsonan vokal pembentuk panggilanmu, kutekan pelan tuts kemudian memutar perlahan halaman, teliti aku mencari, berharap bisa sedikit mendapatkan informasi, yang semakin kucari aku semakin sadar, aku semakin tenggelam dalam arus ini, untuk entah kesekian yang keberapa. Aku tenggelam perlahan, nikmat, menuju mati rasa.

Kamu datang dalam mimpi, memberi senyum, kemudian pergi ketika mata terbuka.

Aku ingin bertemu, bukan untuk memiliki.

Itu saja..


--
ya, itu saja untuk saat ini.. bukan ungkapan atau keberanian, hanya kejujuran.

No comments:

Post a Comment