Tuesday, December 15, 2015

Lupakan sajalah...

Lakukan atau lupakan, semudah itu kata-kata masuk ke iris melalui lensa yang jatuh terbalik maya pada retina, disalurkan melalui saraf visi menuju otak untuk menginterpretasi warna lingkungan.

Sabar sebentar, ini kulminasi saja, hanya sementara, toh sebentar lagi lewat. Akan terlalui juga, sama seperti masalah yang pernah mampir dalam hidup, sebentar ada kemudian pergi. Ah jodoh, kamu sulit sekali dicari, sini mendekat, agar aku sedikit lebih tenang dalam menjalani hari, lebih bisa bebas berekspresi, bukan dalam tekanan yang memaksaku untuk melakukan semua yang mereka mau, yang mereka harapkan, terkekang seperti bertali moncong atau bahkan berkacamata kuda. aku terengah-engah sementara kritikan masuk luar biasa. aku harus menjadi apa?

source: google.fr

Bahkan kamu mulai emosi mendengar ceritaku, bukan? ah kepada siapa lagi aku berharap untuk menyemangati dan memajukan diri sementara aku memaksakannya, selain aku?

--

Ayo sedikit lagi, kayuh kembali sepedamu, kayuh sekuat-kuatnya, agar rantai tertarik gigi roda, agar ban sepeda mampu berputar dan melaju sekencang-kencangnya!!
Tangan sudah terkepal, tinju saja! tak perlu malu atau berharap seseorang akan menangkapmu, macam mereka perduli saja dengan deritamu. mereka bisa menilai, bisa membicarakan, tapi tenang saja, mereka bukan Tuhan! letakkan percayamu pada dirimu, bukan mereka yang memandang sebelah mata! seenaknya saja..

--
Kubuktikan sebentar lagi, tunggu saja..

No comments:

Post a Comment