Friday, June 3, 2016

Romantisme penangkap ikan

Pada akhirnya semua perahu akan melempar sauh untuk berlabuh, seperti halnya manusia dalam perjalanan hidupnya.
Mungkin sesekali jangkar akan diturunkan untuk beristirahat sebentar sebelum memulai perjalanan yang lebih jauh kala layar kembali terkembang. Ah waktu, tiupanmu bak angin menghembus detik tahun begitu cepatnya. Membawaku hampir tersesat dalam samudra kehidupan.
 
Aku serak, karena di sekitarku hanyalah air salin. Tak memuaskan dahaga, justru menyiksa bila ditenggak banyak-banyak.
-

Malam ini perahu kita tak sengaja bersimpangan lagi. Aku yang berkompas rusak tak disangka melihatmu berpesiar, dengan senyum lebar yang sangat kukenal. Ya.. sangat, kukenal...
.....
Tiba-tiba aku merindukanmu.
 
Romantisme penangkap ikan, menara menjulang, kanal, juga romeo-juliet.
 
Seperti mereka, aku perlahan mati karena racun yang aku teguk sendiri. Bodoh.
Kali ini aku bersedih, namun bahagia.
Bagaimana tidak, ulas tipis bibirmu tunjukkan bahagia, karena ada benda mungil melingkar di jari manismu..

Habislah amunisi kata-kataku malam ini. Cukuplah aku tahu bagaimana dingin dan kamu begitu mirip buatku. Selamat, karena akhirnya kau telah sampai lebih dulu di pelabuhan terakhirmu.
Dariku yang malam ini muram namun tersenyum.
--


No comments:

Post a Comment