Saturday, February 20, 2016

'Kita', katamu.

Setetes demi setetes kau isi aku dengan harapan tinggi.
Sebuah asa yang tak pernah aku percayai selama ini.
Dan dengan lugu kuberikan kunci.
Ya, kunci ruang duniaku, taman bermainku pribadi, dimana aku selalu bernyanyi, menangis, memaki sendiri tanpa seorangpun aku bagi.
Namun ternyata bukan mengetuk halus, malah seenaknya saja kau menerobos masuk, meraihku, menarikku ke dalam duniamu, dan menyatukan hati. Apa maumu? Kurang ajar!
Duniaku kini hilang, aku tak lagi sekuat dulu, karena kemanapun aku memandang, berlari, bersandar, selalu ada sosokmu, tawarkan teduh serta langit biru.. aku yang terbiasa sendiri dan memecut sendiri punggungku agar lebih tegak hanya bisa diam dalam belai elus halusmu. Aku luluh lantak!
Beraninya kamu!

Padahal tak pernah aku ingin memberikan barang berhargaku kepada siapapun. Terutama hati.
'Ah, mereka suatu saatpun akan pergi.', pikirku.

Bodoh?
Mungkin..
Tapi pelan kutapaki gulita, mencari pasti dan genggam, aku mulai memaksa percaya pada diri..
Apakah kamu?

Sudahlah, aku sudah terlanjur jatuh, aku sudah terlanjur sulit berdiri sendiri tanpa topanganmu. Topangan yang pasti kubalas dengan nyaman dan penguatan hati kapanpun kau cari, kapanpun aku kau ingini.

Pun aku kau pecundangi, aku tak akan marah.
Pun aku kau tinggal pergi, aku tak akan menahan, pasrah
Namun bila aku kau pilih untuk berpijak hingga mati, kupastikan kau akan mendapat aman dan betah.
Dan nanti, kau akan sebut aku 'rumah'.

--
Jati

No comments:

Post a Comment