Friday, April 6, 2018

Sugar Rush!

Semacam menghentak memacu jantung. Nada berseliweran di telinga buat aku terbawa. Alunan partitur berwarna cepat seperti mengajak aku berlari ditemani kopi gelas ketigaku sore ini. Ada cerita lucu, dimana lagu bisa bawa bahagia, musik bisa beri warna baru dalam rasa.

Ntah itu selentingan lucu atau sekedar terpacu gula, tapi aku merasa bisa terbang detik ini juga. Rasa jengah lenyap seketika aku konsumsi sukrosa sebanyak ini. Lagu bertempo cepat isi ruang dengarku buat kepala terus mengangguk setuju bahwa bahagia itu kita yang buat. Kita yang pilih energi ini mau dialokasikan kemana. Bila tak dimanfaat untuk bahagia habislah daya ini untuk rasa getir dan lelah tanpa jeda.

Kamu tanya aku apa itu rasa menghentak cepat, bagai menghenyak di tumpukan busa dengan gelak tawa tanpa suara. Rasa penat hilang ntah kemana terganti tempo nada disertai seringai gembira.

Riang aku, dengan gelas pekat kopi pengganti alkohol yang ntah apa rasanya. Jangan tanya gula, karena aku penikmat cafein tinggi disertai anggukan setuju bahagia. Pemicu rasa penuh lebih tepatnya. Tak perlu banyak yang mengerti, karena tak semua rasa untuk dibagi. Coba saja kamu minum kopi sepertiku, kamu akan tau bagaimana dia begitu nikmat. Asam tinggi tak perlu dirasa lidah, cukup kau seruput, tarik ke belakang lidah lalu kau teguk. Rasanya after tastenya, bila terasa menentramkan, kamu tau itu adalah biji terbaik yang diolah untuk kita.

Arusnya makin deras! Tubuhku tak mampu lagi tolak untuk diam begitu saja sementara kepala sudah bergerak begitu hebatnya.

Gula? Aku penikmat dia, tapi tak selalu kutambahkan karena aku lebih suka legam apa adanya. Tanpa glukosa.

Lagipula, kenapa tambah sukrosa bila aroma dan tiap tegukannya cukup rasa? 

Amunisi baru!

--
Kafein 

No comments:

Post a Comment