Sunday, July 1, 2018

Minus 2,75

Mata berkantung tanda kantuk.
Pikiran penuh dengan pekerjaan yang terus berimbuh.
Menyapamu di kala matahari belum terbitku jadi gagal karena pun kamu hanya tersadar sebentar lalu tertidur kembali.
Aku makin terbiasa, menyapa tanpa harap, mengagum dari jauh.

Iya, aku terbiasa denganmu.

Kamu, perlahan jadi penambah energi di kala letih.
Pembentuk senyum kala semua orang kuanggap berpaling.

Nada rindu bukan yang terpenting saat ini, hadirmu bukan lagi sosok yang kunanti, namun penyembuh perih sudah jadi bagian yang membuatku terus ingin jadi aku saat ini.
Karena ada aku kamu.

Di perjalanan kali ini. Mungkin kamu bukan pertama atau terakhir, karena itu bagian dari misteri.
Tapi bolehkah aku memilih jujur, bahwa tangan kasarku terasa begitu nyaman ketika ada kamu di sela jemari.

Malam tadi, menjadi begitu menyenangkan sekalipun tak nyaman karena aku masih basah oleh air asin sedari siang.
Selamat pagi, minus 2,75.
Kulitku terbakar dan menghitam. Tak apa kan?

--

No comments:

Post a Comment