Tuesday, May 23, 2017

Melamar

Siratan Surat, anggap saja begitu.
Sudah siap?

Kepadamu yang kudoakan di setiap subuhku,
Sosok lembut yang terlihat seperti ibuku,
Terima kasih telah bersabar selama ini menghadapiku, kekeraskepalaanku.
Padahal aku tahu, kamu tidak sesabar itu.
Tapi hatimu begitu luas, begitu pemaaf, bagaimana mungkin aku tidak nyaman berlama lama bersamamu?

Kepadamu yang menjadi penyemangatku dalam mencari penghidupan.
Terima kasih telah jadi pendorongku untuk jadi laki-laki mapan.
Menjadi aku yang tak kenal lelah dan menjadi pekerja keras untuk mencari nafkah.
Jangan bosan memberi peluk tiapku pulang dari kejar dunia.
Jangan jengah menanyakan hariku, walaupun tak selalu kusambut dengan hangat karena beban pekerjaan.
Terima kasih telah menjadi alasanku untuk bergiat dan bertanggung jawab akan masa depan.


Kepadamu yang bila keras kepala melebihi batu.
Kau tahu, aku tak seperti lelaki romantis di luaran sana yang bisa membeli segala picisan untuk wanitanya.
Tapi aku berjuang disini, melawan jarak, waktu, dan komunikasi yang sempit, berdasar percaya bahwa aku memilikimu, dan ingin terus memilikimu.
Oh, sudah kuceritakan soal cemburumu yang berdarah dingin? haha.
Ah sudahlah, aku anggap itu tanda kamu menyayangiku.
Walau kadang ego laki-laki mendominasi kala kau cemburu, aku bahagia bersamamu.
Sungguh rasa hangat menjalar di tubuhku kalaku memikirkanmu.
Kau mampu buat tubuhku produksi serotonin yang menenangkan, endorfin yang menyenangkan, dopamine yang membahagiakan cuma dengan tatapanmu yang begitu menenangkan.
Terbayang betapa bahagia hidupku bila kuhabiskan denganmu.

Kepadamu yang memiliki kesetiaan luar biasa.
Aku bukanlah lelaki yang loyal pada satu wanita.
Namun darimu aku belajar bahwa setia jauh lebih menantang dibanding menjadi buaya.
Terima kasih selama ini masih bersamaku, walau aku hanyalah kelam jauh dari kehormatan.
Oiya, kau harus tahu kalau naluri lelaki masih kuat menguasaiku.
Jadi, jitak saja aku bila suatu saat kau dapati lirik wanita lain waktu jalan denganmu.
Namanya juga pria.
Tapi kamu akan selalu jadi satu-satunya tidak ada dua.

Kepadamu pewarna hariku saat kelabu atau mengharu biru.
Belum lama aku mengenalmu, belum ada satu tahun.
Tapi sering aku bertanya pada diri ketika melamun.
Pantaskah aku bersama dirimu yang begitu lembut, begitu baik, begitu tinggi?
Akankah sosok indahmu mau dampingiku melewati sisa hidup?
Menjadi yang pertama kulihat di tiap pagi buka mata.
Yang beri kecup mesra tiapku berangkat kerja, 
Gajiku tak banyak mungkin, tapi akan kucukupkan untukmu dahulu, sekalipun harus kuberikan isi piringku untukmu.
Aku akan jadi yang bertanggung jawab akanmu.
Hingga nanti dipisah waktu.
sudah hilang, kubuang.
Aku adalah raja yang tak memiliki harta, tapi aku memilikimu, yang tak ada duanya di dunia.
Dan itu adalah harta yang paling berharga.

Kepadamu yang tak akan jemu kupandangi,
Aku tak tahu inikah saat yang tepat untuk mengungkapkannya padamu, atau kutunda sehari dua seraya memantapkan hati membacakan bagian ini.
Ah, persetan dengan tepat tidaknya waktu.

Maukah kau, menjadi istriku?

--
Dengan khayalan yang tinggi,
Desember 2016
Jati

No comments:

Post a Comment