Tuesday, June 10, 2014

Meraba sendu

Sendu..
Setara kasih yang terhampar waktu, ia menunggu.
tersembunyi gelak rindu, tertawa dalam pilu, ia termangu.
atau bahkan ketika gelap menyeruak di kalbu, bayang itu selalu hadir tanpa perlu dipanggil, tanpa perlu dipaksa untuk datang.
statis namun tak berpola, ia seenaknya, menyapa dalam remang..

Ia bertanya dalam diam, mempermainkan hati untuk dicaci, menerka logika untuk seonggok pujian. "Kamu. Kamu masih disana?"
Namun tetap ia bisu, kosong, berjeram arang hitam, legam diantara cangkang kaca..
Ia dalam bahaya. Rasa menikam. Suara dan tawa mengiang. Dan tentang hadirnya yang selalu mengadiksi.

Nyata?
Ya, seperti candu. yang tanpanya Ia hanya sakit. Ia berbisik pada hujan untuk mewakilkan sendunya,  "Aku butuh oksigen... yang tanpanya aku tiada"
terbisik angin sedikit bercanda, itu hanya perasaannya saja, bahkan hujan merupakan asam, bukan candu, itu hanya pembawa rindu, hampa..

Apa lagi yang dapat dipercaya?
rasa..
mungkin dengannya, kau akan bahagia...

Terlalu banyak yang dipertaruhkan untuk mempercayai sebuah rasa. Perasaan manusia? Mudah berpindah. Mudah hidup dan mati seketika. Ia. Takut.
mungkin ia hanya perlu kembali ke awal, terlalu jauh menapak, tanpa melihat apa yang ia punya, yang dipercaya, terlalu jauh berbicara tanpa sadar ia tak lagi dalam apa yang ia rencanakan awalnya, karena pada hakikatnya rasa sendu berawal dari percaya, syahdu..

Mungkin. Kadang memang ada hal-hal yang tidak perlu terjawab atau terselesaikan.
karena ada beberapa hal yang lebih baik terbiarkan teronggok membusuk tanpa tau apa apa..

... dalam sendu.

--
Sea Librarian, 1006 16.23

No comments:

Post a Comment