Monday, June 5, 2017

Halo, penawar rindu.
Maaf beberapa hari aku tak mengirim surat untukmu, aku agak lelah menyetir mobil beberapa hari ini antara Jawa Timur hingga nanti ke Sumatra. Kamu tahu, aku berusaha mendekati seseorang saat ini, tapi ternyata tidak digubrisnya aku. Huh, sedih. Padahal kukira yang kudekati itu kamu, ternyata bukan. Eh, apa mungkin itu kamu tapi masih jual mahal? Haha.
Pun kamu mau jual mahal tak apa, karena yang mahal itu lebih berharga. Bilapun aku belum bisa punyaimu, aku akan kembali suatu saat dengan kupunya lebih, jadi lebih pantas untuk aku milikimu.

Oiya, aku sedang di laut, Selat Sunda tepatnya. Menuju pulang ke rumah. Tadinya aku ingin menambah hari di ibukota, tapi aku khawatir nanti menyusahkan orang lain. Jadilah aku independen dan memisahkan diri. Toh aku bebas lakukan apapun. Hehe.

Ada yang ingin kuceritakan mengenai perjalananku kali ini, sudah kutulis di surat satunya hanya belum apik menurutku. Nanti bila sudah jadi pasti kukirim padamu. Sabar ya.

Kamu tahu, Warna Hariku? Aku lega kali ini, bisa berdamai dengan diri sendiri. Ternyata caranya cukup berbeda dengan orang kebanyakan. Dan sering disindir kalau aku belum selesai dengan masa lalu! Ah biarlah, toh aku tahu kamu pasti mengerti kan kenapa aku begini? Kamu yang nantinya bisa merengkuhku kala duka dan jatuh pasti paling tahu arah pikiranku. Bila tersungkur, jangan diinjak ya. Aku tak sekuat itu. Nanti pasti kuberi tahu detailnya.

Ah, ini senin ya? Maaf aku lupa kamu pasti sedang sibuk dengan pekerjaanmu. Selamat bekerja dan berkutat dengan sibukmu. Semoga hari-harimu selalu bahagia disertai lantunan doa yang tak berhenti dariku. Terima kasih, sudah selalu ada sekalipun kita berjarak. Sampai waktu kita bertemu, calon istriku. Aku rindu. Peluk jauh dulu sini. :)

--
Selat Sunda, 5 Juni 2017, 09.15

No comments:

Post a Comment