Sunday, June 18, 2017

Rumah lukaku.

Kala itu langit begitu teduh kala ia datang kepadaku.
Tanpa berkata sepatah katapun, ia mengantarkan kamu.
Kamu adalah jawaban atas pertanyaan lalu.
Ketika hati merasa sunyi.
Di waktu sepi merajai hari.
Kala tanya akan kosongnya hati mencari isi.
Kamu hadir, mengisi sela jemari.

Kamu...
Datang membawa sebuah nama yang menjadi lantun lagu dalam setiap hatur doa.
Membawa resah dan rindu menyatu dalam degup dada.
Mengakar kuat pada tiap pembuluh vena.
Menuju jantung untuk kembali dipompa, namamu.
Dan hatiku luluh.
Padamu pembawa penuh rasa.
Resah pada malam panjang penuh senyum asa.

Kamu..
Sekejap mewarna, dari kelamnya awan kelabu.
Penenun pelangi.
Pelukis mimpi.
Pencipta damai hari.
Menggenggam erat hati, menyawakan segala yang mati.
Hingga namamu bukanlah sebuah pilihan.
Namamu adalah sebuah sandaran.
Tempat kembali paling aman.
Bahu untuk menangis karena gundah paling nyaman.
Kamu lalu menjadi sebuah nama favorit dalam sebuah perjalanan.
Seiring kita melangkah untuk satu tujuan.
Pikirku.

Kamu...
Ketika kamu tiba-tiba kembali, tersenyum bahagia.
Sembari menorehkan luka.
Menusukkan belati perlahan, dan semakin dalam.
Aku memilu melihatnya.
Bila alasanku bahagia adalah pembawa derita.
Bila tempatku pulang adalah tempat yang tak menerima.
Bila penenangku adalah penggundah berbisa.
Aku hanya bisa memasrah menerima derita yang kau cipta.
Aku hanyalah secarik kertas lusuh yang kau gores dengan pena.
Dengan gores yang terlalu dalam.
Kujahit kusatukan kembali, kuberikan, lalu kau robek dengan seksama, perlahan dan begitu rapi.
Dan aku hanyalah aku yang tetap melangkah maju, menuju dirimu yang menghunus pedang, tepat di ulu hati.
Memotong nadi yang telah penuh dengan namamu.
Menghambur mimpi yang kupondasi sendiri, untuk bersamamu.

Kamu..
Masih pada nama itu aku menuju.
Sesekali aku coba berhenti, memetakan arah, mencari jalan yang lebih baik.
Namun bait pertama denganmu begitu terdengar merdu.
Mengajakku kembali pulang padamu.
Dan masih pada nama itu aku menuju.
Memberikan maaf.
Melupa benci dan khilaf.
Menujumu.

Kamu..
Masih selalu kamu arah tertuju.
Pemberi bahagia dalam luka.
Dan janganlah lagi kamu.
Pencipta luka dalam bahagia.

Karena kamu, rumahku untuk kembali pulang.
Selalu.

--
Anganku, 18 Juni 2017, 23.18
Kucipta kamu, rumah lukaku.

No comments:

Post a Comment